Friday, September 14, 2007

Falak, Puasa, Silat Lidah

Di kampusku dulu, mahasiswa Fakultas Syariah punya 'common enemy' bernama Ilmu Falak. Istilah lainnya adalah ilmu Astronomi. Falak kian jadi momok lantaran dosen yang mengajarkannya tergolong dosen 'beneran'. Kusebut dosen beneran karena ia menerapkan standar yang tinggi dalam penilaian dan sangat mengutamakan kedisiplinan.

Jadinya, hanya 20% mahasiswa yang bisa bisa lulus. Selebihnya harus mengulang --atau melakukan perbaikan--pada semester berikutnya. Mungkin sulit dipercaya: aku bahkan baru berhasil lulus mata kuliah ini setelah memprogramnya empat kali!

Kali pertama, aku memprogram mata kuliah 3 SKS ini pada semester empat. Dosen yang mengajarku adalah Bpk Mukarrom. Ia sungguh dosen beneran. Seorang profesional. Sebenarnya Falak bukan sesuatu yang harus aku jadikan 'musuh', bukan juga mata pelajaran yang sulit dikuasai. Sebab, aku adalah lulusan jurusan IPA sewaktu di MAN (setingkat SMU). Yang jadi persoalan hanyalah kedisplinan. Bpk Mukarrom mengharuskan mahasiswa mengikuti kuliah minimal 70%. Tiap pekan ia menugasi para mahasiswa dengan PR seabrek.

Bagi aku, sebagaimana mahasiswa Fakultas Syariah lainnya, cara mengajar seperti itu kurang tepat. Kami menjadi tak ubahnya pelajar SMU. Apalagi aku terbilang 'rajin' absen dan malas merampungkan PR. Tak mengherankan selepas UAS, kuketahui nilai Falak-ku adalah NOL.

Pada pemograman berikutnya, aku diasuh Bpk Abdussalam, dekan di fakultasku. Dibandingkan dengan cara mengajar Bpk Mukarrom, cara mengajar Bpk Salam lebih lentur. Tapi dari segi penyampaian materi, Bpk Salam kalah jauh.

Ketika itu aku sudah agak sanggup memusuhi rasa malas.