Bila Kupergi Kuingin Denganmu
Dara manisku kucinta padamu
Ah, Koes Plus mengembalikan romantisme yang telah raib itu. Ah, mereka mengingatkanku pada sosokmu. Benar kata orang, kita merasa memiliki sesuatu, jika sesuatu itu telah lenyap.
Mengapa harus sebegitu ironis? Apakah sudah jadi karakter manusia untuk menyia-siakan apa yang dimilikinya?
Oh kasihku, percayalah, kutelah menemukan betapa tololnya diriku membiarkanmu lenyap dimangsa waktu. Kuselalu rindu padamu sekarang. Sebuah perasaan yang dulu sama sekali tiada pernah kuhiraukan.
Tahukah kamu, bahwa ketika membikin lirik-lirik itu, Koes Plus juga sedang asik-asiknya menyia-siakan orang tercinta mereka. Sebab bagi mereka, yang tersayang adalah uang. Dengan uang, kasih saying orang bisa dengan mudah terbeli.
Tapi aku sedikit lain. Aku mengejar uang tidak untuk ‘membeli’ kasih sayang orang lain, selainmu. Dulu aku juga tak pernah mengumbar rupiah untuk merengkuh kecupmu.
Dara manisku, tahukah kamu bahwa aku sungguh merasa miskin sekarang. Aku kehilangan harta yang begitu mulia. Ia kabur, sebab harta itu adalah kamu yang meninggalkanku. Aku memang salah, karena sembrono: terlalu yakin bahwa kamu tak bakal terpikat lelaki lain. Lelaki yang kamu dambakan tentunya.
Selainmu, hartaku hanyalah beberapa lembar rupiah. Itupun tak seberapa. Kamu tahu, berapapun aku mengantongi gaji, pasti habis hanya untuk kubelikan rokok, buku, dan beberapa potong baju.
O, kasihku. Aku ingin bernyanyi sesendu-sendunya. Sebab aku sukar menangis. “Karena kamu tak punya hati,” begitu ucapmu dulu.
Biarlah, kasihku, biarlah aku tak punya hati. Toh bibir pekatku ini tak mungkin melantunkan sebait lagu, jika tiada yang membimbingnya. Barangkali masih ada cinta di dada ini. Barangkali…..juga masih ada getar cinta di dadamu.
Wednesday, November 07, 2007
Subscribe to:
Posts (Atom)