Thursday, December 14, 2006

Untuk Bu Sirikit Syah


Subject e-mail saya di atas terinspirasi oleh tulisan Anda berjudul "Rakyat Makan Apa?". Sepengetahuan saya, itulah tulisan terakhir Anda yang berinisialkan Ketua KPID Jatim. Entahlah, sepertinya ada sesuatu yang ingin saya prihatinkan. Saya prihatin karena setelah tulisan tersebut terbit, beberapa hari kemudian Anda bukan lagi seorang Ketua KPID Jatim.

Sambil guyonan, saya pernah mengutarakan keprihatinan saya ini kepada seorang kawan di sebuah warung kopi. Kawan saya itu heran kenapa saya harus prihatin toh Bu Srikit bukan ibu kandung saya, bukan dosen saya, bukan..... Ketika itu saya hanya bisa menjawab, "Karena dua hal: pertama, sulit menemukan sosok perempuan yang canggih dalam urusan media massa seperti dia. kedua, karena last-name saya dan dia sama-sama adalah SYAH."

Bisa Anda tebak, kawan saya itu cuma tertawa terbahak-bahak.

Bu Srikit,
Seandainya semua makanan, termasuk makanan impor yang 'high quality', sudah tidak aman dikonsumsi, saya menyarankan rakyat kita makan berita saja.

Ya, saya agak bercanda. Akan tetapi, bukankah fakta menunjukkan bahwa berita apapun, baik yang mengandung 'virus' yang paling berbahaya sekalipun, tetap dikonsumsi masyarakat kita? Mereka tak pernah takut tertular penyakit konsumerisme atau terjangkit virus hedonisme. Semuanya dilahap. Rakyat semakin rakus pada berita.

Tetapi sayang, Bu. Berita yang tidak 'dimasak' melalui dapur yang bersih pasti akan tercemari oleh berbagai sumber penyakit. meskipun rakyat ogah peduli pada kesehatan nalarnya, tetapi saya tetap percaya bahwa suatu saat kelak mereka akan menginsafi hal ini. Karena itu, adalah sebuah keniscayaan untuk memastikan berita-berita itu 'dimasak' di dapur yang steril oleh para koki yang
steril pula.

Lalu, siapa yang mau dan mampu mengemban tugas pengawasan ini?

Kiprah Anda yang luar biasa sebagai ketua KPID Jatim sebelum ini sebenarnya sedikit banyak telah berhasil memastikan 'dapur' berita itu steril. Tetapi, apalah daya seorang Bu Srikit tanpa dukungan team-work yang bagus.

Seperti yang saya ketahui lewat berita-berita di koran, KPID Jatim sendiri merupakan medan baratayudha. Anda dan kompetitor anda digambarkan layaknya burung emprit yang berperang hanya untuk berebut karak (nasi basi yang dikeringkan). Dan, 'yang terhormat' anggota DPRD tidak sudi melihat ini. KPID Jatim di-eliminasi dari panggung media komunikasi Jawa Timur. Akhirnya, Anda pun menarik diri dari medan baratayuda itu untuk kembali 'bertapa' di kampus dan LKM.

Sungguh, sebagai orang awam yang kebetulan sehari-hari akrab dengan persoalan media massa, saya trenyuh dengan apa yang menimpa Bu Srikit. Beginikah 'nasib' yang harus ditanggung oleh setiap pejuang kebenaran di tanah air ini?

Bu Srikit,
Mohon maaf kalau saya salah tafsir atau terlalu sembrono dalam berkomentar. Mudah-mudahan Bu Srikit tetap sehat dan berkenan membalas e-mail ini.

Hidup kebenaran!!!

No comments: